Kamis, 27 Maret 2008

Humor Orde Baru (1): Soeharto, Teolog Katolik yang Gagal

Dalam sejarah sampai sekarang (2008), Presiden Republik Indonesia pernah 3 kali bertemu dengan seorang paus. Bung Karno pada tahun akhir tahun 1950-an (atau awal 1960-an?) berkunjung ke Vatikan dan bertemu dengan Paus Yohanes XXIII, sementara Presiden Soeharto bertemu dengan Paus Paulus VI di Jakarta pada tahun 1970 dan dengan Paus Yohanes Paulus II di Jakarta pada tahun 1989.

Konon, pada pertemuan pertamanya dengan Paus Paulus VI di Jakarta pada tahun 1970, Soeharto sempat tidak bisa menjawab suatu pertanyaan, sehingga Presiden Republik Indonesia tersebut kabarnya sangat malu – apalagi hal ini sempat tersebar di antara anggota rombongan dari Vatikan.

Kini, dalam rangka kedatangan Paus Yohanes Paulus II ke Jakarta pada bulan Oktober 1989, ia sudah siap-siap untuk melakukan revenge atas “nama buruk” yang sempat diterimanya 19 tahun lalu. Kali ini, Soeharto mau menyombongkan pengetahuan Katoliknya di hadapan Paus. Ia sudah meminta Mgr. Leo Soekoto SJ – Uskup Jakarta, sudah almarhum – agar membantunya bila ia kesulitan. Persiapan dilakukan dengan membuat alat komunikasi wireless yang tak terlihat (Jadi, Mgr. Leo bisa mendengar pertanyaan paus dari jarak jauh dan langsung memberi tahu Soeharto mengenai jawabannya).

Sebenarnya Paus sangat enggan dengan hal ini, karena ia ke Indonesia hanya untuk menjumpai umat Katolik di negeri ini dan menikmati sedikit keramahtamahan warga Indonesia. Namun, Soeharto memohon dengan sangat agar Sri Paus dari Polandia ini sudi untuk mengetes pengetahuan Katolik Soeharto, walaupun Presiden RI ini bukan Katolik.

Akhirnya, Sri Paus setuju walaupun tetap tidak nyaman dengan hal ini. Setelah berbincang-bincang mengenai banyak hal, akhirnya, sampailah mereka di penghujung acara pertemuan 4 mata tersebut.

“Silaken, Bapak Paus, boleh tanya apa saja tentang iman Katolik, kepada saya,” ujar Soeharto dengan kalem dan sambil senyum-senyum seperti biasanya.

“Yaaaah…. Kalau ini memang maunya Anda. Anggap saja ini semacam selingan santai setelah perbincangan serius kita tadi,” kata Sri Paus.

“Iya, iya. Silaken, jangan sungkan-sungkan!”

“Oke. Pertanyaan pertama: Siapa nama rasul yang menjadi ketua dari 12 rasul dan menjadi paus pertama?”

“Petrus,” jawab Soeharto tegas setelah Mgr. Leo Soekoto yang berada di ruang samping memberikan jawaban bocoran. Soeharto tampak yakin dengan jawabannya.

“Benar. Sekarang pertanyaan kedua: Siapa nama salah seorang rasul Yesus yang menyangkal Yesus tiga kali?”

Soeharto agak terbatuk-batuk sedikit, sebelum menjawab: “Petrus.” Ia tampak agak bingung.

“Wah, Anda hebat sekali, walaupun bukan Katolik,” kata Paus. “Kini pertanyaan terakhir: Siapa nama rasul Yesus yang menjadi batu karang gereja dan diserahi kunci kerajaan surga?”
Soeharto terloncat dari tempat duduknya sambil berteriak: “Ini gila. Anda mau mempermainkan saya, ya, Monsiyur?”

“Ada apa, Mr. Presiden?” Sri Paus bertanya dengan kaget melihat Presiden Republik Indonesia tersebut jungkir balik.

“Bapak Paus yang terhormat, bagaimana salah seorang uskup Anda berani-beraninya mempermainkan saya di depan Anda? Coba dengar apa yang dia bilang. Ketua para rasul dan paus pertama adalah Petrus. Bolehlah. Kemudian dia bilang, rasul yang menyangkal Yesus 3 kali adalah Petrus juga. Aneh. Akhirnya, yang paling gila, setelah dia bilang begitu, mengapa dia ngotot bahwa Petrus juga yang menjadi batu karang gereja dan diserahi kunci kerajaan surga. Saya, Soeharto, tidak dapat dibohongi!”***